05 Maret 2008

Bung Hatta dan Sepatu Bally

Beberapa waktu yang lalu dalam acara peringatan satu abad Bunga Hatta tersimpan kisah yang menarik. Orang Normor dua di zmana order lama tersebut pernah mempunyai keinginan.
Sebauah keinginan sederhana untuk memiliki sepasang SEPATU BALLY. pada tahun 1950-an, Bally adalah merk sepatu yang bergengsi dan mahal harganya. Wakil Presiden itu pun rindu memiliki sepatu tersebut. Karenanya, Bung Hatta berusaha untuk menabung demi menggapai impian itu.
Alhasil hingga menghembuskan nafas terakhirnya, Bung Hatta tidak pernah membeli sepatu tersebut karena tabungannya tidak mencukupi. Tipa kali hendak membeli, tabunganya terkuras untuk kebutuhan keluarga dan orang-oranga lain yang sangat membutuhkan dana itu. Yang tersimpan hanyalah sebuah iklan sepati Bally yang diklipinnya dari sebuah harian ibu kota kala itu.

Adi sasono, ketua pelaksana peringatan satu abad Bung Hatta berkata " Jika Bung Hatta mau, di bisa berbicara kepada para pengusaha utnuk mendapatkan sepatu tersebut". Namun Bung hatta dapat menahan diri menggunakan jabatan terhormat itu demi kepentingan pribadi. Sebuah contoh kehidupan yang luar biasa.

Yesus pernah berkat bahwa hendaknya kita jangan menjadi hamba uang, cukuplah dirimu dengan apa yang ada padamu. Konsumenisme mewarnai duni saat ini, Kartu kredit berbagai merk tersedia dengan gampangnya. AKhirnya orang sering terbelit dengan utang karena harus mengejar gaya hidup yang didasarkan hanya pada uang. Alkitab sudah memberitahukan lebih baik mencukupkan diri dengna berkat TUHAN yang telah tersedia. Tidak menjadi tamak lalu korupsi demi sebuah keinginan yang tiada hentinya.

Tidak salah jika kita kaya dan memiliki uang yang banyak. Uang diperlukan, bahkan pekerjaan TUHAN pun membutuhkan uang. Yang SALAH , ketika uang dijadikan sebagi tujuan hidup, bahkan menjadi "TUAN" yang selalu mengendalikan hidup kita. YANG BENAR adalah kita memiliki uang tanpa dikendalikan oleh uang itu, sebalikanya kita memiliki tnaggung jawab untuk menggunakannya dengan benar. TUHAN memberkati. Amin

( sumber Renungan harian Spirit )

Tidak ada komentar: