26 Maret 2008

Ketekunan

"Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita".
(Ibrani 12: 1b)

Kehidupan Kekristenan seringkali diibaratkan sebagai suatu perlombaan, dan setiap orang Kristen adalah atlit-atlitnya. Setiap perlombaan dapat diselesaikan dengan baik kalau pelarinya memiliki ketekunan. Sebab tanpa ketekunan, tujuan takkan pernah dicapai.
Kadangkala kita menemui kegagalan dalam mencapai tujuan hidup. Yang menjadi penyebabnya antara lain sudut pandang dalam melihat kegagalan akan menentukan tercapainya tujuan. Kalau kita meIi hat kegagalan dari sudut pandang negatif, akan menimbulkan akar pahit. Namun kalau kita melihat kegagalan dengan positif akan memacu seseorang untuk lebih berhati-hati dan berusaha hidup lebih baik.
Itu sebabnya muncul ungkapan-ungkapan penyemangat seperti "Kegagalan adalah sukses yang tertunda" atau "Kegagalan adalah ibu yang melahirkan kesuksesan". Sebagai anak Tuhan kita harus belajar melihat bahwa segala sesuatu ada hikmahnya, ada segi positifnya. Seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus, "Allah turut bekerja sama dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Roma 8: 28)
Bahkan kegagalan dapat juga menimbulkan buah kesuksesan, lantaran kegagalan menimbulkan ketekunan. Ambil contoh: Albert Einstein pernah berkata, "Aku berpikir dan berpikir 99 kali salah, namun yang ke 100 kali benar". Thomas Alfa Edison baru berhasil menemukan listrik setelah melakukan penelitian ribuan kali. Einstein dan Edison adalah contoh ketekunan yang berbuah manis.
Hal yang menghambat ketekunan kita adalah beban problema yang belum kita tinggalkan atau tanggalkan. Pelari yang baik akan berlari dengan pakaian seringan mungkin, demikian pula dalam perlombaan iman. Beban dan dosa sekecil apa pun akan merupakan ancaman bagi ketekunan. Jangan pernah berpikir untuk menimbun beban karena pada gilirannya cuma akan menimbulkan akar pahit.
Jangan seperti orang yang memikul tas ransel yang berat, dan setelah ia naik ke atas truk ia masih terus memikul beban ranselnya itu. Akibatnya ia tetap merasa berat dan lelah dengan bebannya itu.
Solusinya hanya satu, menanggalkan beban Anda dengan mengimani bahwa beban dosa di pundak Anda telah terangkat oleh penebusan Kristus. (Tri Purwito)

sumber : sahabatsurgawi.net